Beberapa orang bertanya tentang Hukum Sholat Jumat pada Hari Raya. Pada dasarnya hukum Sholat Jumat adalah wajib, namun bila bertepatan dengan hari raya, baik itu hari raya Idul Fitri atau Idul Adha maka shalat Jum’at hukumnya rukhshah (diringankan) untuk setiap orang.
Keringanan yang diberikan oleh agama ini tentu memiliki banyak hikmah tersendiri. Nabi Muhammad (shalawat dan salam) adalah sebaik-baik panutan yang harus kita contoh.
Di bawah ini adalah pembahasan lengkap mengenai Hukum Sholat Jumat pada Hari Raya seperti yang dikutip dari almanhaj.or.id. Berikut selengkapnya:
Hukum shalat tersebut tampak pada hadits Zaid bin Arqam yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, an-Nasa-i juga Ibnu Majah dengan
lafazh:
أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْعِيْدَ، ثُمَّ رَخَّصَ
فِـي الْجُمُعَةِ، فَقَالَ: مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ.
“Bahwasanya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat ‘Id,
kemudian beliau memberikan keringanan pada shalat Jum’at di hari raya
tersebut. Beliau ber-sabda, ‘Barangsiapa ingin melakukan shalat Jum’at,
maka lakukanlah.’”
Hadits ini menunjukkan bahwa shalat Jum’at yang dilakukan setelah,
shalat ‘Id hukumnya rukhshah (diringankan) untuk setiap orang,
seandainya semua orang meninggalkannya, maka sungguh mereka telah
mengamalkan keringanan tersebut, dan jika sebagian-nya melakukan, maka
mereka mendapatkan pahala, shalat tersebut sama sekali tidak wajib
baginya tanpa membedakan antara imam dan yang lainnya.
Hadits ini telah dishahihkan oleh Ibnul Madini dan dihasankan oleh
an-Nawawi. Ibnul Jauzi berkata, “Hadits tersebut adalah yang paling
shahih dalam bab ini.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, an-Nasa-i dan al-Hakim dari Wahab bin Kaisan, beliau berkata:
اجْتَمَعَ عِيدَانِ عَلَى عَهْدِ ابْنِ الزُّبَيْرِ فَأَخَّرَ الْخُرُوجَ
حَتَّى تَعَـالَى النَّهَارُ ثُمَّ خَرَجَ فَخَطَبَ فَأَطَالَ الْخُطْبَةَ
ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى وَلَمْ يُصَلِّ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ الْجُمُعَةَ
فَذُكِرَ ذلِكَ لاِبْنِ عَبَّاسٍ فَقَالَ: أَصَابَ السُّنَّةَ.
“Pada masa Ibnu az-Zubair dua ‘Id ('Id dan Jum’at) berbarengan, lalu
beliau mengakhirkan keluar sehingga matahari meninggi, kemudian beliau
keluar dan berkhutbah, beliau berkhutbah dengan lama sehingga beliau
turun, yang dilanjutkan dengan shalat, kala itu orang-orang tidak
melaksanakan shalat Jum’at,” kemudian peristiwa tersebut diceritakan
kepada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, lalu beliau berkata, “Ia telah
melakukannya sesuai dengan Sunnah.”
Perawi hadits ini shahih.
Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dari ‘Atha sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Wahab bin Kaisan, dengan para perawi yang shahih dari
kitab shahih.
Dari semua dalil yang telah kami sebutkan menunjukkan bahwa shalat
Jum’at yang terjadi setelah shalat ‘Ied adalah rukhshah (keringanan)
bagi setiap muslim, dan Ibnu az-Zubair pernah meninggalkannya pada masa
kekhilafahannya sebagaimana yang telah diungkapkan, dan tidak ada
seorang pun dari kalangan para Sahabat yang mengingkarinya.
Nah, semoga informasi tentang hukum di atas bermanfaat untuk Anda. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Amin.
Menjaga Bumi
Hukum Sholat Jumat pada Hari Raya | Idul Fitri dan Idul Adha

W. Syaban
... menit baca
Dengarkan
Posting Komentar